Saat ini, saya sedang menghabiskan paket browsing saya -2 jam- di sebuat warnet dekat kos. Baru beberapa menit saya menikmati aktivitas saya, tiba-tiba sesosok manusia dengan jaket hitam dan tas ransel hitam berkelebat di depan bilik saya. Serta merta sosok hitam tadi mengacak-acak kepala saya sampai jilbab yang saya kenakan kusut. Beberapa saat dihabiskan dengan saling pukul dan cubit. Tapi anehnya, baik ia ataupun saya tak menunjukkan tanda-tanda kemarahan. Ada apakah gerangan?

Jawabannya adalah karena ia, sosok hitam dengan tas ransel besar di punggungnya, adalah sahabat lama yang datang dari jauh. Ia adalah salah satu anggota Matahari Pintar (sebuah grup kecil beranggotakan 3 orang perempuan -saya, nia, dan arie-).

Setelah sekian lama tidak bertemu karena ia memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah dan bekerja -sekarang ia kuliah sambil kerja tetapi di lain kota-, akhirnya kami bertemu lagi. Senang, rindu, juga kesal bercampur jadi satu. Dan setiap kali kami bertemu, yang kami lakukan bukanlah saling peluk bermanis-manis ria, melainkan saling pukul atapun mengacak-acak kepala temannya, bahkan juga saling menginjak kaki. Dan semua itu terjadi begitu saja. Saya kembali teringat semboyan salah seorang teman saya bahwa "violence is the symbol of love".

Ketika mendengarnya pertama kali, saya heran, mana mungkin kekerasan merupakan simbol rasa cinta? Tapi kemudian saya justru mengalaminya sendiri. Ketika sedang akur dengan sahabat-sahabat saya, maka yang terjadi adalah kami saling cubit ataupun injak. Tapi ketika kami sedang tidak cocok ataupun jenuh, maka yang terjadi adalah meskipun tetap bersama, kami akan saling bersikap sopan. Aneh? Saya rasa tidak.

Tidak ada komentar: