Model les adalah sebutan untuk aktivitas di mana peserta PPL melakukan observasi terhadap KBM yang dipimpin oleh guru pamong. Tadi pagi saya rencananya mau model les. Tapi ketika jam menunjukkan pukul 06.50, guru pamong saya mengirim pesan pendek pada saya mengatakan bahwa beliau datang terlambat dan meminta saya untuk mengisi jam beliau. Kaget dan belum persiapan juga tentunya. Kemudian saya ke kantor guru untuk meminta LKS yang digunakan oleh guru-guru bahasa Inggris di STM tempat saya mengajar. Setelah mendapatkan apa yang saya cari, saya naik ke lantai 2. Mampir di kantor PPL dulu, mendapat semangat dari teman-teman yang justru membuat agak ragu. Mereka bilang, "Semangat Bu! Pulang utuh ya! Semoga kembali selamat!".
Dalam perjalanan menuju 11 M1 -kelas di mana saya harus mengisi jam pertama dan kedua- banyak murid-murid yang bersliweran mengatakan bahwa kelas merekalah 11M1 itu. Mereka berniat mengerjai saya kali ya. Setelah tiba di kelas yang saya maksud, jumlah murid hanya tinggal separuhnya saja. Baru mau saya absen, pertanyaan-pertanyaan yang sudah diduga akan muncul, berdatangan.
"Bu, namanya siapa? Kenalan dulu dong"
"Bu, sudah punya pacar belum?"
"Bu, no HP-nya berapa?"
"Bu, rumahnya di mana?"
...dsb...
Saya menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi dengan sedikit berkelit, hehehe. Kalau masalah nama, tentu saya jawab. Florentina Dian. Langsung salah satu murid menyahut menyebutkan salah satu nama pemain bola yang saya sekarang lupa namanya. Saya bilang sudah punya pacar -sementara masih bapak saya, hehe-, no HP saya suruh minta ke wakil kepala sekolah -mereka langsung berkata, 'ya...'-hahaha-, dan saya bilang saya belum punya rumah. Tapi meskipun begitu, bisa saja pertanyaan lain muncul.
Saya berada di kelas tadi selama 2 jam pelajaran. Banyak hal yang terjadi selama itu.
Guru datang, pelajaran dimulai, saya duduk di belakang. Saya tambah terkejut mengetahui bahwa siswa-siswa di sana, bahkan tidak tahu arti kata what,when,where! Lha, adik saya yang kelas 4 SD saja sudah bisa menyusun kalimat bahasa Inggris...
Ditambah parah lagi ketika saya pada jam berikutnya harus masuk ke kelas yang menurut penduduk STM tersebut merupakan kelas terbandel. Bagaimana tidak, selain kata-kata yang kurang layak diucapkan, tingkah laku dan keseharian mereka sungguh sangat memprihatinkan. Bahkan dengan guru yang sudah mengajar lama di situ, sama sekali tak ada bedanya. What a school...
Sementara saya cukupkan dulu...


"sst...sst...menurutmu, STM ini yayasan muslim atau non?" my PPL friend,asked.
"Hm...kayaknya murni deh..." I and my my friend,answered.
"Itu kan namanya, Bu -he called me and all of my friends with female gender, 'bu'- maksudku tu yayasannya..."
"Lha menurutmu apa?" my another 'crazy' friend asked.
"Ah, aku tahu!" I said enthusiastically.
"Apa?"
"Yayasan non muslim! Tu di laci kalian ada Injil kok..."
"Iya ya..."
After a few minutes, a teacher came in.
"Assalamu'alaikum..."
And spontaneously my first-crazy-friend- said, "Ha! Kamu salah! Tu bapaknya Islam! Berarti bener kalo yayasan ini murni...tidak dari agama manapun..."
"Lha tadi sudah dibilangin katanya bukan...heh...dasar" I replied.

ps: this conversation made without any intention to hurt someone/something.

Kamis, 7 Agustus 2008
Jam menunjukkan pukul 10.30 waktu Solo. Saya menaiki motor saya menuju kampus dengan tujuan melihat siapa tahu ada pengumuman. Saya agak ragu-ragu membelokkan motor saya menuju gedung E FKIP UNS, dikarenakan apa yang saya kenakan saat itu sangat mencolok. Seragam hitam-putih, sepatu hitam berhak agak tinggi, dan sebuah tas wanita yang jika bukan karena keharusan, tidak akan saya kenakan.
Sesampai di kampus, tak ada yang saya cari. Akhirnya saya pun pergi ke kos teman saya, Dyah, untuk berangkat bersama ke tempat PPL kami. Kurang lebih 30-an menit perjalanan, kami pun sampai. Beberapa detik kemudian, datang 2 orang teman putra dari Prodi Bahasa Indonesia yang kebetulan langsung akrab dengan kami. Kami dengan PD melangkah masuk menuju ruang guru ber-empat. Duduk di kursi ruang guru, sambil sesekali melihat agak 'ngeri' ke kiri kanan kami.
Beberapa menit kemudian, kami disuruh pindah ruangan. Ternyata guru dan anak PPL beda ruang. Hehehe. Baru kami ber-empat yang ada di sana, karena kami datang 45 menit lebih awal dari jam yang ditentukan. Dalam perjalanan menuju ruangan kami, dimulailah sorakan dari murid-murid, ralat: calon murid kami, "Hai cewek...I love you..."; "Sayang...ngajar di sini ya!", dsb. Kami ber-empat hanya saling pandang dengan penuh kekagetan.
Lalu jam 12.00 tepat, acara dimulai. Teman-teman yang lain juga berdatangan. Perwakilan Unit PPL kami menyampaikan pesan yang cukup membuat kami ber-empat tertawa geli,
"Kepada wakil kepala sekolah, kami menitipkan anak-anak kami ber-sebelas dalam keadaan utuh, tolong dikembalikan juga dalam keadaan utuh..." Hahaha.

Yah, begitulah hari penyerahan PPL di STM tempat saya akan mengajar.

PS: Mengajar/tidak mengajar, kami harus masuk.
Tiap Jum'at masuk jam 6 pagi.

Postingan ini saya buat untuk kakak saya: Danang Ardiyanto

by Florentina Dian Ardi Wulandari


“Sekeping hati dibawa berlari

Jauh melalui jalanan sepi

Jalan kebenaran indah terbentang

Di depan matamu para pejuang

Tapi jalan kebenaran…

Tak akan selamanya sunyi

Ada ujian yang datang melanda

Ada perangkap menunggu mangsa”


Nasyid sepanjang masa ^_^

Satu tanjakan telah terlampaui…

Tanjakan lain pun menanti

Bila diri ini lalai walau sekali

Entah kapan tanjakan tadi akan berhasil kulalui

Ya Rabb, teguhkan niatku,bulatkan tekadku,kukuhkan imanku

Mudahkan jalanku…

Dian semangat!