Akhir-akhir ini saya jadi sering masak sendiri. Entah kenapa rasanya senang sekali ketika meracik bumbu, kemudian mulai memasak, lalu melihat masakan kita matang dan dimakan dengan lahap oleh orang-orang tercinta. Dulu saya memang jarang masak -sendiri- paling cuma ngrecoki ibu di dapur, bantu-bantu yang bisa dan boleh dibantu. Tapi sekarang, ga peduli masak apa, cemplungin aja. Hehehe.
Beberapa waktu yang lalu saya masak terong -sayur yang bagi teman-teman yang mengenal dekat saya pasti tahu bahwa dulu saya sangat anti dengan terong, tetapi sekarang saya cinta mati sama terong- dibuat balado ceritanya. Rasanya lumayan walaupun kurang pedas -kata seorang teman-
Entahlah...saya suka mencampur semua jenis makanan. Yang penting hasilnya bisa dimakan, masalah nama nanti dikasih nama sendiri saja. Hehehe. Ibu saya sangat jago memasak, dan sekarang saya nggak mau kalah dong sama ibu...Semangat!



" with pleasure, I'll come to you..."
I got this message few days ago from my friend. Hahahaha...



Ternyata menjadi seorang guru yang baik itu sangatlah sulit. Dulu saya pikir, jadi guru itu mudah. Bahkan saya bersemangat sekali ingin menjadi seorang guru yang luar biasa. Tetapi ternyata memang kenyataan tak selalu seindah harapan. Ketika saya harus dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang serba tak nyaman, siswa-siswa yang memiliki kemampuan jauh di bawah rata-rata, dan juga niat sekolah mereka yang hampir tidak ada, saya kesulitan. Saya merasa gagal sebagai guru bahasa Inggris mereka. Saya mungkin akan lebih baik menjadi guru BK mereka kali ya... Setiap kali masuk kelas, sulit sekali untuk membuat mereka mengerti pelajaran, tetapi ketika diajak bercerita atau mereka sendiri yang bercerita, rasanya obrolan itu nyambung.

Sebenarnya saya kasihan dengan mereka, di rumah tak ada perhatian dari orang tua, di sekolah juga semua guru bersikap kasar pada mereka... Mana bIsa mereka belajar dengan kondisi psikologis yang seperti itu. Saya hanya ingin murid-murid saya berhasil, murid-murid saya bersemangat sekolah, murid-murid saya menjadi orang yang berguna. Bagaimana saya bisa membantu mereka?




Tiba ku di persimpangan jalan yang tak ku tahu ujungnya...

Ku tengok kiri kanan, tak ada kawan
Ku tengok ke belakang, rasanya ada sesuatu yang mendorongku untuk melangkah maju...
Tapi bagaimana bisa kulanjutkan langkahku?
Bagaimana ku tapakkan kakiku, ku jejakkan ke atas tanah agar dapat terus melangkah?
Tanpa ku tahu, harus ke manakah aku...



PPL hampir berakhir tapi konflik semakin memanas. Banyak masalah yang muncul ke permukaan. Saya pun tak luput dari sasaran. Ada kabar saya akan dikeluarkan gara-gara bolos, padahal yang terjadi sebenarnya adalah saya IZIN! Itupun karena sakit dan hanya 2 kali! Tapi ada seseorang yang berkata dengan sok tahu bahwa saya tidak pernah mengajar dan tidak pernah ikut senam Jumat pagi. Berani benar dia bicara seperti itu hanya gara-gara dia tidak begitu kenal dengan saya dan jarang melihat saya di sekolah. "Saya pasti tahu PPL mana saja yang rajin, apalagi yang cewek-cewek" begitu katanya pada seorang guru. Hanya karena saya jarang berinteraksi dengan dia lalu dia seenaknya sendiri menyebar kabar tidak jelas! Apalagi posisinya adalah anak dari adik sang kepala sekolah yang sama tidak jelasnya.

Kemudian ada seorang teman saya berkata seperti ini, "Di, semua orang di STM ini busuk. Mereka sok manis di depan kita, tapi di belakang, menusuk tanpa ampun". Ya saya sih sependapat sebenarnya, hanya saja menurut saja mereka bukan busuk, tapi penjilat. Kenapa? Di sekolah sedang ada perebutan kursi kepala sekolah. Semua ingin show off pada kandidat-kandidat kepala sekolah bahwa mereka itu 'kelihatan' baik dan 'mendukung' padahal...Hah...sama saja...

Bukan hanya saya saja yang terkena kasus semacam itu, beberapa teman yang lain juga kena. Kami hanya ingin segera pergi dari sana, semua orang di sana -kecuali murid-murid saya- membuat kami muak. Bisa anda bayangkan betapa senangnya kami ketika bel pulang -yang bunyinya seperti bunyi orang jualan es krim- begitu merdu dan menyejukkan di telinga kami.

Tiga minggu lagi, Dian. Sabar...sabar...

Kesebelasan PPL-ku: Prabowo-Bani-Dyah-Diana-Ashar-Titin-Faris-Nadzori-Ndaru-Alfin-Saya, Semangat!!!!!

Beberapa waktu lalu ada sebuah kejadian yang membuat seorang teman saya mengatakan:
"Bukan dian banget!"
dikarenakan saya beberapa saat kehilangan logika dan mengandalkan perasaan saya. Bagaimana tidak, selama ini saya capek dengan hal yang berhubungan dengan masalah 'keluarga dan agama' yang sudah menghantui saya selama 3 tahun ini, lalu tiba-tiba orang yang mungkin akan menjadi bagian dari keluarga saya juga mempermasalahkan hal tersebut. Saya pada waktu itu sempat protes, bukan salah saya kan jika saya lahir di keluarga non muslim; bukan salah saya kan, jika akhirnya yang masuk islam cuma saya; bukan salah saya kan, jika sampai sekarang pun keluarga besar saya belum bisa menerima saya; bukan salah saya kan...
Tapi kemudian saya berpikir ulang...Jika memang harus begini jalannya, mau bagaimana lagi. Toh kesabaran itu tak ada batasnya. Saya jadi ingat selebaran kecil yang terselip di sebuah buku yang saya pinjam dari seorang kakak, "Bersabarlah beberapa saat lagi..."
Dian, sabar... Semangat! Semangat!

Liburan di depan mata. Meski tak suka dengan liburan ini, tapi toh akan ada bayak janji yang harus ditepati liburan kali ini. Salah satunya adalah sesuatu yang membuat saya grogi. Hehehe. Bagi seseorang yang merasa paham akan apa yang saya maksud di sini, tentulah tau bagaimana saya begitu gugup menghadapi yang satu ini.
Yang jelas, ramadhan kali ini sangat jauh berbeda dengan 2 ramadhan dalam hidup saya, sebelumnya. Entah itu karena aktivitas mengajar saya, maupun kehidupan pribadi saya. Ya, semoga apa yang sudah menjadi keputusan saya merupakan hal yang terbaik yang bisa saya lakukan.
Teruntuk: keluarga besar English Dept. UNS, selamat liburan, lebaran, dan leburan dosa.
Dan spesial untuk seorang sahabat dan seorang yang dekat, selamat Idul Fitri. Maafkan segala khilaf ya...^^