Siang kemarin, saya dan teman saya, arie, sedang duduk-duduk di bangku satpam gedung E. Awalnya kami bertiga bersama Agung, teman kami yang ber-gender putra yang paling dekat dengan kami, tapi kemudian Agung pergi makan siang, sambil menggerutu karena kami tadi meninggalkannya makan. Lalu setelah beberapa saat, kami tidak melihat mobil dosen kami yang akan mengajar beberapa menit lagi. Kamipun berniat pulang, bolos. Kenapa? Selain kondisi kami berdua yang sedang tidak sehat dan dengan kepala yang pusing, kami memang tidak begitu tertarik mengikuti kuliah yang satu ini. Akhirnya sesampai di depan gedung, saya menghentikan langkah saya, duduk kembali. Lalu Arie mengatakan hal yang membuat saya tersenyum di tengah-tengah badan yang tidak enak.

“Kok berhenti…Nanti kalo kita ada di sini lebih lama lagi, aku takut pendirian kita goyah. Kita nanti jadi ragu-ragu untuk bolos…” katanya.

“Hah?! Hahahaha…kamu itu. Biasanya kata ‘goyah’ kan digunakan ketika membicarakan suatu penyimpangan. Ini kamu malah menggunakannya untuk hal yang seharusnya merupakan hal yang positif.”

“Habisnya…males banget. Aku ngantuk,Ant…Ke kosmu aja.”

“Yowis, yuk. Aku tar nge-blog ah! Hore…dapet bahan buat nge-blog deh”

Setelah saya piker-pikir, kata goyah yang digunakan dalam konteks di atas sama sekali tidak keliru. Hanya memang mugkin kita lebih serng mendengarnya digunakan untuk menunjukkan penyimpangan ke arah negatif. Tapi menurut saya, baik ke arah negatif ataupun positif, penyimpangan tetaplah penyimpangan kan? Jadi, teman saya tadi –saya rasa- ada benarnya juga.

Untuk memuaskan rasa penasaran saya, saya akhirnya membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Goyah: tidak teguh; tidak tetap (tt pendirian, keyakinan, kedudukan, dsb)

Tidak ada komentar: